By SHIETRA - July 03, 2019
Apakah sebagai seorang manusia
yang belum sempurna, kita tidak boleh sekalipun membuat kesalahan ataupun
kekeliruan dalam hidup kita? 😈😇😆
Mungkin hanya seorang “mayat”
yang terbujur kaku di sekotak peti kayu ukuran 1 x 2 meter, yang tidak lagi
dapat berkata keliru ataupun berbuat keliru, terbujur kaku untuk selamanya,
sehingga tidak lagi dapat dikritik atas perkataan ataupun perbuatan seorang
mayat. 😂😄
Berbeda dengan “mayat”, seorang
manusia terus bergerak, memiliki dinamikanya sendiri, karena itulah kehidupan. Seorang
manusia hidup tidak mungkin hanya diam terbujur kaku untuk sepanjang hidupnya.
Berbuat kekeliruan, adalah
suatu hal yang manusiawi, sepanjang kekeliruan tersebut tidak begitu fatal
sifatnya, tidak merugikan orang lain (dan jikalaupun merugikan maka harus siap segera
untuk bertanggung-jawab), dan tidak terus-menerus mengulangi kekeliruan yang
sama.
Begitupula, ketika melakukan
sebuah kekeliruan, jangan menutupi kekeliruan tersebut dengan membuat
kekeliruan baru. Kebiasaan buruk demikian, mirip seperti sebuah kebohongan,
dimana kebohongan harus ditutupi dengan kebohongan baru, menjelma rangkaian
kebohongan. 😁
Jika terus membiarkan dan
membiasakan diri melakukan kebohongan dan pembohongan diri, maka sikap demikian
akan menjelma sifat / karakter, dan jika sudah menjadi bagian dari watak, maka
seseorang tersebut dapat dengan mudahnya berbohong terhadap orang lain maupun
berbohong terhadap dirinya sendiri. Jika sudah demikian, maka sudah sulit
untuk diubah ataupun ditolong. 😔😖😘
Apakah yang dimaksud dengan
menutup kekeliruan dengan kekeliruan baru, menjelma serangkaian kekeliruan? Inilah
yang mungkin menjadi bahasan kita yang paling penting untuk kita pahami
bersama.
Tentu kita pernah mengalami
sendiri atau melihat, korban-korban perlaku kejahatan dan kriminalitas. Ketika si
pelaku pencopetan, sebagai contoh yang pernah KWANG alami sendiri, si pencopet
tertangkap tangan oleh KWANG sedang membuka tas ransel KWANG di atas jembatan
penyeberangan orang, dengan maksud untuk mencopet benda-benda berharga dari
dalam tas milik KWANG. 😥😤😣
Apa yang kemudian terjadi,
sungguh mengejutkan. Alih-alih merasa takut (rupanya penjahat zaman sekarang demikian
beringas, lebih galak daripada para korban mereka), dua orang komplotan lainnya
dari si pelaku langsung menghampiri KWANG dan memarahi serta memaki-maki KWANG,
dengan berpura-pura bahwa mereka adalah pejalan kaki lainnya di atas jembatan
penyeberangan orang tersebut.
Bukannya prihatin pada korban
pencopetan, mereka justru dengan reaktif memarahi KWANG secara tidak logis,
membela mati-matian pelaku pencopetan tersebut, dengan maksud untuk membuat
terkejut mental sang korban sehingga si pelaku dapat selamat ketika tertangkap
tangan oleh korbannya.
Contoh-contoh aksi kejahatan
yang bahkan justru lebih galak daripada korbannya, atau sudah berbuat salah
yang membuat rugi orang lain namun membuat dalih-dalih yang hanya bermaksud
untuk lari dari tanggung jawab, meski disadari olehnya sendiri bahwa dalih
demikian adalah bohong belaka, maka itu sama artinya dengan berbuat keliru
untuk kedua kalinya dengan ragam yang berbeda.
Jika kita sudah sekali berbuat
keliru, mengapa harus menambah parah “luka” akibat kekeliruan tersebut dengan
membuat kekeliruan baru terhadap korban yang sama? 😠😡😢
Tentunya, mereka yang berjiwa
ksatria akan mengakui kekeliruan yang dibuat olehnya, dan segera mengakui, dan
jika perlu berusaha sebaik mungkin memperbaikinya dan siap menanggung kerugian
daripada membiarkan orang lain menanggung kerugian akibat perbuatan kita—terlebih
bila kerugiannya bukan hanya berupa materi uang, namun juga kesehatan dan
keselamatan jiwa. Janganlah kita menyambung hidup dengan merampas hidup
orang lain—itu namanya serakah dan egois.
Ada juga perbuatan keliru yang
dilakukan bukan karena lalai, tapi secara disengaja alias karena kesengajaan. Sebagai
contoh ketika kita melaporkan tindak pidana yang kita alami kepada pihak
polisi. Polisi yang memegang kekuasaan monopolistik untuk menggunaka senjata
api dan menangkap penjahat, setelah menerima laporan justru hanya mengabaikan
laporan aduan warga yang menjadi pihak korban. 😳😲😵
Setelah luka tubuh dan fisik menjadi
korban kejahatan, bersusah payah melapor, namun aduan tidak ditindak-lanjuti
oleh pihak polisi yang memiliki tanggung-jawab karena telah digaji dari uang
rakyat, namun justru menelantarkan aduan korban, sama artinya kekeliruan yang disengaja,
bukan kekeliruan karena faktor kelalaian. Pengabaian yang disengaja, demikian
KWANG menyebutnya.
Ada juga yang perlu kita pahami,
agar tidak terjebak dalam bentuk “permainan logika moril”, yakni bahwa kita
tidak semestinya menuntut diri kita sendiri agar “membuat senang semua orang”.
Tuntutan demikian hanya akan melukai dan membuat rentan diri kita sendiri,
karena kita tidak akan mungkin membuat senang dan puas semua orang yang belum
tentu memiliki itikad baik secara bertimbal-balik (asas resiprositas)
terhadap kita. 😷😶😵
Ada orang-orang yang hanya
ingin “meminta dan meminta” atau “mengambil dan mengambil” ataupun hanya
terbiasa “menuntut dan menuntut”, tanpa mengenal prinsip kesetimpalan “menerima
dan memberi”. Orang-orang dengan jenis karakter demikian, tidak akan pernah
dapat terpuaskan, senantiasa menuntut lebih, mengkritik, mengeluh, serta mengeksploitasi
kebaikan hari kita.
Ada kalanya kita harus menjaga
jarak dengan tipe orang-orang tertentu. Serigala adalah wajar hidup rukun dan
berdampingan dengan sesama serigala beringas di kandang serigala. Namun menjadi
sebentuk tragedi yang tak terhindarkan, ketika seekor kelinci mencoba berkawan
dengan seekor serigala. Hidup kita di dunia manusia dewasa ini bukan menyerupai
dongeng dunia kanak-kanak layaknya Winny the Pooh di mana si Tiger begitu ramah
kepada hewan-hewan lainnya. 😒😓😝😜
Meski demikian, secara garis
besar, melakukan kekeliruan, pada satu sudut pandang dan satu sisi, ada pula
sudut “baiknya”. Ketika kita melakukan kekeliruan, kita menjadi sadar bahwa kita
belum mencapai kesucian layaknya seorang Buddha, kita bahkan masih jauh
dari kata “suci”, sehingga dengan momentum kesadaran akan kekeliruan yang perlu
kita perbaiki, membangun moralitas sebagai dari perjalanan hidup, maka kita
perlu melakukan langkah koreksi diri menuju diri yang lebih baik.
Coba apa yang akan terjadi,
seandainya kita merasa telah suci tanpa dapat berbuat keliru apapun, maka
sekalipun kita akan dikritik atau dicela orang lain, maka kita akan bergeming,
sekalipun kita telah membuat orang lain tersebut terluka ataupun merugi secara
finansial. 😏😐😨😩
Contohnya ialah para koruptor,
tetap saja berbohong dan berbelit-belit di persidangan, tidak merasa bersalah
karena tidak mengakui kesalahannya, dan tetap merasa paling benar tanpa pernah
berbuat keliru, alias anti kritik—sunguh paling sukar menghadapi seorang
“anti kritik”. 😫😪
Bukanlah kekeliruan itu sendiri yang terlebih penting,
namun apakah kita menyadari dan mau mengakui bahwa kita telah dan pernah atau
dapat melakukan kekeliruan dan kesalahan. Langkah perbaikan / korektif diri, selalu
dimulai dari pintu gerbang “menyadari” dan kemauan untuk bersedia “mengakui” kesalahan-kesalahan
yang pernah kita lakukan sebelumnya. 😌
Bagaimana dengan Sobat? Karena KWANG
EARRINGS adalah teman terbaik mu! 😊
0 comments
Ikuti juga sosial media kami pada business.facebook, dengan akun : "Expat 2 Local Thai" / @guideriana
Rincian layanan JasTip (Jasa Titip) produk Thailand, dapat dilihat pada menu "Jasa Pencarian, Jasa Titip, dan Pengiriman Produk Thailand ke Indonesia".
Rincian layanan Private Tour Guide di Bangkok-Thailand, dapat dilihat pada menu "Private Tour Guide Riana".
NOTE REDAKSI : Seluruh info kontak dalam website ini diperuntukkan khusus untuk tujuan pemesanan dan bagi pengguna jasa layanan yang kami tawarkan dalam website ini. Menghubungi kami diluar peruntukan tersebut, dimaknai sebagai menyalah-gunakan nomor / email kontak kerja profesi kami, tidak akan ditanggapi.
Mohon kesediaan menunggu sejenak bila belum ada tanggapan secara segera, karena faktor kesibukan atau karena lain sebab. Pemesanan akan kami respons sesegera yang kami mampu.
Konsumen / pengguna jasa dapat melakukan pemesanan pada nomor kontak / email yang tercantum dalam menu "HUBUNGI KAMI" atau pada rincian "contact person" di atas, bukan pada kolom komentar pada posting website.
Kami tunggu pesanan teman-teman sekalian dimana pun berada, akan kami kirimkan pesanan Anda dengan hati yang penuh kehangatan untuk Anda atau untuk buah hati dan keluarga yang Anda kasihi.
Salam hangat dari Bangkok, Thailand.
ttd
GUIDE RIANA & REMEMBERTHAI TEAM