By SHIETRA - October 29, 2019
Sayang anak, sayang anak, anak
rewel minta mainan dan ingin bermain, tapi mengapa orang tua justru membelikan
gadget bernama handphone atau tablet? Biar si anak “rewel” menjadi “anteng”
bermain sendiri dengan handphone tanpa harus merepotkan diri bermain dengan
sang anak? Sebelum punya pikiran seperti itu, cobalah simak berita mengenaskan
berikut ini.
Tajuk beritanya saja sudah
membuat air mata menetes penuh keprihatinan, “Kisah Anak Kecanduan Ponsel Game
Online, Mata Menyempit, Sulit Melihat, Akhirnya Operasi Mata” (16 Oktober 2019),
atau berita pada tahun yang sama, “Ngambek Gadgetnya Disita, Bocah Lelaki Ini
Duduk di Ambang Jendela dan Terjun dari Jendela Rumah”.
Anak memang perlu dipersiapkan
agar tidak tertinggal oleh zaman, namun adakalanya kita perlu mempertimbangkan
apakah faktor usia sang anak telah cukup umur ataukah belum untuk mampu
memiliki kontrol diri dan dalam membuat keputusan. Seorang anak kecil, tidak
dapat diharapkan ataupun dituntut untuk “bersikap dewasa”—justru sang orang tua
itu sendirilah yang sepatutnya bersikap dewasa.
Seorang bocah, belum
mengembangkan apa yang disebut sebagai “nalar”. Beredar video, seorang anak
laki-laki yang berusia sekitar 12 atau 13 tahun sedang duduk di tepi jendela
rumahnya. Anak lelaki itu nekat melepaskan pegangan tanganya dari kusen
jendela. Kontan saja ia langsung terjun bebas dari jendela tersebut menghujam
daratan di tanah.
Ternyata saat anak ini mulai
ngambek, orangtuanya sudah meminta bantuan kepada petugas pemadam kebakaran,
sebagai antisipasi jika anaknya tidak mau dibujuk lagi. Beruntunglah si bocah jatuh
ke atas alat penyelamat berupa yang sebelumnya telah disiapkan oleh petugas
pemadam kebakaran. Ternyata alasan yang membuat bocah ini nekat untuk melompat
hanyalah soal gadget-nya saja, yakni merajuk karena marah dengan orang tuanya
yang sudah menyita ponsel dan iPad miliknya. Hal itulah yang menjadi pemicu
sampai-sampai ia nekat melompat dari ambang jendela.
Ingin anak tidak rewel dan tak
ganggu orangtua, ayah berikan gadget, sehingga ia alami gangguan penglihatan,
itulah bunyi dengan tajuk serupa. Perkembangan teknologi membuat semua orang
memfokuskan energi dan mencurahkan waktu serta perhatian mereka pada benda
kecil bernama gadget.
Sepasang mata mereka selama
berjam-jam memelototi layar handphone berukuran kecil selama berjam-jam untuk
menonton atau hal-hal yang kurang produktif seperti bermain game dan chatting,
dari segala usia dan gender maupun latar belakang.
Orangtua pun justru herannya
merasa tenang, bahkan senang karena dapat menenangkan si kecil saat rewel atau aat
kerap mengganggu orangtua yang sedang sibuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Gadget ibarat permen “ajaib” yang manisnya tidak habis-habis yang dapat
menyulap anak rewel dan merepotkan menjadi tenang.
Hanya saja, banyak orangtua
yang seolah tidak mau menyadari bahaya gadget bagi anak. Gadget dapat mengganggu kecerdasan anak karena
dia cenderung pasif menerima stimulasi satu arah, linear. Sedangkan di usia
ini, anak perlu mendapatkan stimulasi multtidimensi yang dapat diraba, dipegang,
dirasakan, bahkan dicium, terutama kecerdasan motorik dan emosional mereka.
Tak hanya itu, kebiasaan
bermain gagdet juga dapat merusak kesehatan, utamanya mata. Itulah tepatnya
yang dialami seorang ayah dengan batita di kota Bangkok, Thailand. Dikutip dari
akun facebook Kotim, lelaki pemilik akun Facebook Dachar Nuysticker Chuayduang
membagikan pengalamannya melalui sebuah unggahan.
Dachar menyadari bahwa ia
melakukan sebuah kesalahan besar pada sang putri. Sayangnya, sudah terlambat,
dan kita harus belajar dari pengalaman mahal demikian agar tidak jatuh korban
serupa.
Sejak usia putrinya 2 tahun,
Dachar sudah mengenalkannya pada gadget, terutama ponsel dan iPad. Pola asuh
itu nyatanya membuat putri Dachar kecanduan gadget. Tiap kali tak diizinkan
bermain ponsel, sang putri akan kesal, marah, merajuk, hingga menjerit-jerit.
Karena tak tahan, Dachar
akhirnya selalu memberikan ponsel setiap kali putrinya mulai rewel. Hal itu
dilakukannya agar putrinya kembali tenang dan diam hingga tak mengganggu
aktivitas Dachar. Anak yang bersikap manis tidak selamanya baik bila cara-cara
menenangkannya tidaklah sehat.
Dahulu, ia tak menyadari bahwa
keputusannya itu adalah salah, namun sekarang ia menyesal seumur hidup. Gadis
kecil itu divonis dokter menderita “mata malas” dengan satu mata miring atau
juling, salah satu komplikasi paling serius dari miopi dan astigmatisme.
Akibatnya, di usia yang masih belia,
putri Dachar harus merasakan dinginnya meja operasi. Dokter memutuskan ia harus
menjalani operasi mata sebelum matanya menjadi buta.
Penyebab “mata malas” yang
paling umum adalah kelainan refraksi seperti rabun jauh, rabun dekat,
astigmatisme, pembiasan terdistorsi, juga juling. Dokter juga mengatakan, melihat
ponsel dan tablet dari jarak dekat secara instensif-lah yang menyebabkan ia
menderita gangguan ini.
Menurut hasil penelitian di
Korea Selatan, anak-anak yang sering menggunakan ponsel pintar atau tablet,
beresiko besar mengalami mata juling sementara.
Selain durasi pemakaian yang
terlalu sering, jarak yang terlalu dekat dengan mata kemungkinan menjadi
penyebab gangguan juling atau mata yang tidak searah.
Setelah melakukan operasi,
dokter menyarankan agar Dachar membatasi waktu putrinya untuk bermain
smartphone, tablet atau menonton layar televisi karena cahaya yang dipancarkan
layar perangkat tersebut akan memengaruhi matanya. Ponsel dan tablet tidak
hanya memengaruhi penglihatannya, tetapi juga membuatnya sulit untuk fokus
belajar.
Melalui pengalaman pahit
putrinya ini, Dachar ingin memperingatkan orang tua lainnya, terutama
orang-orang yang memiliki anak kecil agar mereka tidak membiarkan anak-anak
mengenal perangkat seluler seperti ponsel pintar ataupun tablet secara terlalu
dini.
Amblyopia atau “mata malas”
terjadi ketika salah satu mata tidak berkembang dengan benar, misalnya salah
satu mata rabun jauh dan yang lainnya tidak. Dalam kondisi ini, otak akan terus
memiliki 2 gambar yang akan membingungkan yakni gambar yang buram dan jelas.
Kondisi ini akan membuat kerja
otak menjadi ekstra hingga akhirnya otak bisa memilih gambar yang lebih jelas
dan menghiraukan gambar yang kabur. Mata tidak menunjuk pada arah yang sama
menjadi penyebab umum “mata malas”, yang mungkin menyerupai keadaan “mata
juling”.
Jika dibiarkan tanpa
penanganan, anak berisiko mengalami gangguan penglihatan permanen saat memasuki
usia usia 6-10 tahun, sehingga tidak dapat dianggap sepele.
Kondisi demikian dapat
menyebabkan kebutaan pada salah satu “mata malas” karena otak mengabaikan
rangsangan yang dikirim dari bagian mata tersebut. Otak merasa tidak mendapat
rangsangan sehingga lama-kelamaan saraf pada “mata malas” akan rusak dan
menyebabkan kebutaan permanen.
Zaman digital, tidak selamanya
membawa dampak positif, terutama banyaknya anak-anak mulai menyita waktu mereka
di depan layar handphone maupun televisi. Malas bergerak akan membuat mereka
mudah jatuh sakit.
Anak adalah sosok yang mudah untuk
melakukan sebuah kebiasaan, maka kita dapat menghentikan kebiasaan anak dengan mengenalkannya
pada kebiasaan baru. Meskipun membutuhkan waktu dan komitmen, pengkondisian
demikian akan membantu si kecil tidak ketergantungan pada perangkat elektronik.
Misalnya setelah selesai
sarapan, biasakan meluangkan waktu untuk mengajaknya bermain bersama dengannya
di luar ruangan. Kebiasaan rutin baru ini akan membuatnya terbiasa melakukan
aktivitas fisik dibanding menyibukkan diri dengan gadget saja.
Melakukan kegiatan fisik tidak
hanya seputar olahraga saja kan? Memaksa seorang bocah dengan melakukan
olahraga, akan menjadikan si kecil menganggap olahraga jadi tugas yang
membebani mereka, akibatnya justru menjadi kontraproduktif. Bekreatiflah dan
bergembira bersama dalam kegiatan manual.
Untuk menarik perhatiannya agar
mau bergerak, kita bisa melibatkan anak-anak kita untuk memilih kegiatan fisik
apa yang akan dilakukan atau apa yang mereka sukai dan dapat ditekuni sebagai
hobi, semisal bermain piano atau melukis. Hal yang lebih penting yakni
membiarkan si kecil mendapatkan udara segar dan bergerak agar keterampilan
motoriknya berkembang diusia yang sejak dini.
Olahraga bukanlah sesuatu tugas
yang perlu diwajibkan secara paksa, terlebih dengan ancaman “hukuman” bila
menolak untuk melakukannya. Si kecil harus dibiasakan olahraga hingga akhirnya
ia melakukan olahraga dengan sendirinya, menjadi suatu “habit”.
Trik demikian diharapkan akan dapat
menimbulkan motivasi dalam diri mereka sehingga kita tidak sampai sampai perlu
memancing dengan iming-iming hadiah.
Yang menyedihkan, anak-anak
kecanduan game online atau gadget dengan tingkat parah, ternyata sudah banyak
yang masuk ke Rumah Sakit Jiwa. Bahkan ada pasien anak kecanduan game online
atau gadget yang sampai mengalami halusinasi.
Dachar mengakui kesalahannya
yang menyerahkan gadget kepada sang anak. Alasan dia memberikan gadget kepada
sang anak, yaitu agar putrinya memiliki kesibukan saat ditinggal bekerja
olehnya.
Tanpa disadari, penggunaan
gadget yang berlebihan, sang anak mulai mengalami masalah pada penglihatannya. Putri
Dachar mengalami masalah penglihatan karena kecanduan gadget.
Hal tersebut menyebabkan sang
putri kini harus mengenakan kacamata. Terlepas dari itu, ia telah menunjukkan tanda-tanda
kecanduan gadget. Putrinya mengalami sulit berkonsentrasi tanpa adanya gadget
di tangannya.
Menurut FeedyTV, dokter
mengatakan bahwa putri Dachar mengalami kehilangan penglihatan atau "mata
malas". Matanya tidak bisa bekerja secara bersamaan karena satu mata
bekerja lebih efektif dibandingkan lainnya. Akibatnya, ia tidak hanya memiliki
gangguan penglihatan tetapi juga mata yang menyipit.
Dokter juga menambahkan, anak
pada usia balita tidak diizinkan menggunakan ponsel, iPad, komputer, dan bahkan
menonton televisi secara berlebihan. Hal tersebut dapat membahayakan kesehatan
mata seorang anak-anak yang belum memahami bahaya dibalik kerusakan mata.
Cahaya yang dipancarkan dari layar
perangkat elektronik adalah penyebab utama hilangnya penglihatan yang
mengharuskannya menjalani operasi.
Sub Spesialis Kesehatan Jiwa Anak
dan Remaja, Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Jawa Barat, dr. Lina Budianti,
menyebutkan, anak yang sudah parah kecanduan bermain ponsel atau game online, dampaknya
akan mengalami halusinasi.
Dampak kecanduan bermain game
online di ponsel pintar bisa alami halusinasi, hal tersebut berdasarkan
pengalaman pasien yang sudah pernah ditangani oleh RSJ Provinsi Jawa Barat. Dampak
buruk halusinasi itu karena ketika dia di rumah tidak ada yang mengawasi,
terutama saat dia bermain ponsel.
"Kebetulan anaknya
mengalami autisme ringan juga, ditambah ibunya bekerja, dia hanya sendirian di
rumah, sehingga hari-harinya dihabiskan dengan mengakses internet melalui ponsel,"
ujarnya saat ditemui di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Jawa Barat, Cisarua,
Bandung Barat, Selasa (15/10/2019).
Menurutnya, jika anak sudah
kecanduan bermain game online hingga tingat berat, seharusnya dilakukan
pengobatan secara rawat inap.
"Kalau anak yang sudah
parah kecanduan ponsel itu, memang dampaknya halusinasi," katanya.
Dalam melakukan penanganan
terhadap pasien yang kecanduan bermain ponsel atau game online itu, pihaknya
saat ini melakukan rehabilitasi dengan pendekatan holistik, dari sisi biologis,
sosial, dan psikologis.
"Jadi kita intervensi
dophamine untuk menyeimbangkan biologis, kemudian yang penting peran orang tua
untuk aspek sosial dan psikologisnya," katanya.
Direktur RSJ Provinsi Jawa
Barat, dr Elly Marliyani, mengimbau para orang tua, agar lebih memperhatikan
anak-anaknya, terutama saat bermain ponsel agar tidak sampai berlebihan.
"Karena orangtua yang
memabawa anaknya datang kesini itu, anaknya sudah dalam kondisi yang berat.
Jadi ketika ada gangguan penyerta orangtua tidak bisa menanggulangi,"
katanya.
Saat ini, tampaknya adalah hal
yang lumrah bagi orang tua, untuk memberikan smartphone atau iPad kepada
anak-anak mereka, agar mereka berhenti bertingkah. Namun tampaknya kebiasaan
demikian perlu segera diubah dan diwaspadai, karena resiko dan konsekuensinya.
Terlepas dari itu, putri Dachar
telah menunjukkan tanda-tanda mudah terganggu, di mana dia tidak bisa duduk
diam atau bahkan berkonsentrasi tanpa alat di tangannya.
Setelah operasi yang
berlangsung pada 31 Oktober, gadis itu akhirnya bisa menggunakan kedua matanya
secara bersamaan. Dokter menambahkan, bahwa dia tidak diizinkan menggunakan
telepon, iPad, komputer, dan bahkan menonton televisi. Cahaya yang dipancarkan
dari perangkat ini adalah penyebab utama hilangnya penglihatan yang mengharuskannya
menjalani operasi.
Munculnya teknologi memang
menjadikan pekerjaan manusia menjadi lebih mudah. Sebab itulah tujuan
diciptakannya teknologi. Disi lain, teknologi juga mempunyai dampak signifikan
dalam kehidupan. Misalnya seperti gadget, memang dirancang untuk membuat setiap
penggunanya menjadi lebih mudah untuk berkomunikasi dan bekerja. Namun,
tampaknya kini tujuannya telah menyimpang dari tujuan utama pembentukan dan
peruntukkannya, alias “beralih fungsi”.
Berbagai macam dan jenis
hiburan disajikan dalam satu genggaman perangkat digital—yang bahkan bisa
dikantungi dalam saku kemana pun kita pergi. Mulai dari hiburan dewasa, remaja,
sampai hiburan balita. Hiburan ini yang sebenarnya membuat candu si pengguna.
Bertatapan dengan layar ponsel dalam waktu yang lama memiliki dampak yang buruk
terutama untuk anak-anak, tidak hanya bagi keselamatan mata orang dewasa.
Sebagai orang tua atau kakak,
kita perlu memberi teladan atau contoh yang baik, karena bila kita sendiri ternyata
mencandu gadget, kebiasaan menggunakan ponsel demikian nantinya akan dicontoh
oleh anak-anak kita. Atau malahan kita yang ternyata selama ini memberikannya
kepada anak-anak kita dengan alasan ingin memberi hiburan kepada mereka,
sebagai medium untuk belajar (anak yang canggih dan cerdas), atau bahkan hanya
karena tidak tahan mendengar anak-anak merengek?
Ternyata cahaya yang
terpapar dari gadget menjadi penyebab utama yang secara perlahan merusak
penglihatan sang putri. Jangan sampai hanya karena gadget, di umur yang
masih sangat muda, mereka harus mengalami gangguan penglihatan, padahal umur
mereka masih sangat panjang.
Sekilas mengenai informasi
terkait nutrisi mata, Dokter Spesialis Mata Konsultan dr. Sophia Pujiastuti,
SpM (K) berpendapat bahwa, obat yang biasanya diberikan untuk penderita masalah
minus atau silinder mata adalah lutein. Zat antioksidan itu dianggap
paling baik untuk bola mata.
"Berbeda dengan
antioksidan lainnya, lutein itu sampai ke mata, sedangkan antioksidan lain
tidak. Makanya, banyak obat mata yang mengandung lutein ini," paparnya
pada awak media di kawasan Jakarta Pusat, Senin (30/4/2018).
Dr. Sophia melanjutkan, selama
dirinya mengeyam pendidikan spesialis mata, obat yang biasa dipergunakan untuk
mata adalah antioksidan lutein. Namun, obat ini pun bukan untuk menyembuhkan,
melainkan menutrisi mata supaya kondisinya tetap baik atau memberikan vitamin
untuk mata.
Sebetulnya, zat antioksidan
yaitu lutein ini bisa Anda temukan di bayam atau brokoli. Namun, ada
beberapa faktor yang akhirnya membuat zat lutein di dalam sayuran itu berkurang
saat diserap tubuh. Ya, salah satunya karena proses pengolahan dari sayuran itu
sendiri. Karena itulah, salah seorang dokter pernah menyebutkan, agar
mengkonsumsi bayam secara dilalap saja, tanpa diolah dalam bentuk masakan.
Kembali ke kasus obat mata yang
menjanjikan kesembuhan mata minus, dr. Sophia menegaskan bahwa obat tersebut
tidak bisa menyembuhkan. Sehingga masyarakat tidak boleh terlalu percaya dengan
buaian janji iklan yang ditawarkan.
"Setau saya belum ada
fakta yang menjelaskan hal tersebut (menghilangkan minus mata). Anda harus
sadar bahwa masalah minus itu bisa terjadi karena lengkung kornea mata bisa
agak melengkung atau bola mata lebih panjang dari biasanya," papar dr.
Sophia.
Sementara itu, menurut salah
seorang mantan pengguna obat penyembuh mata minus, Debby Debora, dia menegaskan
bahwa obat-obatan itu tidak membawa dampak apapun.
"Saya sudah memiliki mata
minus sejak kelas 3 SD dan orangtua saya sudah memberi saya segala macam obat,
mulai dari China lah, Hongkong lah, dan segala macem obat lainnya. Tapi, itu
semua tidak ada hasilnya," kata dia.
"Makanya, pas ada iklan
obat penyembuh mata minus di Instagram misalnya, saya sih sudah kebal dan
enggak tertarik buat jajal lagi. Bener-bener enggak membawa efek apapun,"
tambah Debby.
Bila rambut kita adalah mahkota
kita, maka mata ialah jendela sumber pengetahuan dan jendela dalam mengenal
dunia. Sayangi diri kita, sayangi mata kita. Karena KWANG EARRINGS
adalah teman terbaik mu! 😊
Sumber Rujukan:
https:// jabar.tribunnews .com/2019/10/16/kisah-anak-kecanduan-ponsel-game-online-mata-menyempit-sulit-melihat-akhirnya-operasi-mata?page=all
http:// www. inhilklik .com/news/detail/34806/peristiwa/kecanduan-gadget-bocah-4-tahun-ini-jalani-operasi-mata-karena
https:// lifestyle.okezone .com/read/2019/07/31/481/2085945/kecanduan-gadget-anak-4-tahun-terpaksa-operasi-mata
https:// lifestyle.okezone .com/read/2018/04/30/481/1893009/beli-obat-penyembuh-mata-minus-di-online-shop-amankah
https:// nakita.grid .id/read/021800124/kenal-gadget-sejak-umur-2-tahun-gadis-kecil-ini-alami-nasib-buruk-sampai-kehilangan-penglihatan-ini-kronologinya?page=all
https:// nakita.grid .id/read/021855003/biar-anak-anteng-dan-tak-rewel-ayah-ini-selalu-berikan-handphone-sekarang-anak-tanggung-dampaknya-seumur-hidup?page=all
0 comments
Ikuti juga sosial media kami pada business.facebook, dengan akun : "Expat 2 Local Thai" / @guideriana
Rincian layanan JasTip (Jasa Titip) produk Thailand, dapat dilihat pada menu "Jasa Pencarian, Jasa Titip, dan Pengiriman Produk Thailand ke Indonesia".
Rincian layanan Private Tour Guide di Bangkok-Thailand, dapat dilihat pada menu "Private Tour Guide Riana".
NOTE REDAKSI : Seluruh info kontak dalam website ini diperuntukkan khusus untuk tujuan pemesanan dan bagi pengguna jasa layanan yang kami tawarkan dalam website ini. Menghubungi kami diluar peruntukan tersebut, dimaknai sebagai menyalah-gunakan nomor / email kontak kerja profesi kami, tidak akan ditanggapi.
Mohon kesediaan menunggu sejenak bila belum ada tanggapan secara segera, karena faktor kesibukan atau karena lain sebab. Pemesanan akan kami respons sesegera yang kami mampu.
Konsumen / pengguna jasa dapat melakukan pemesanan pada nomor kontak / email yang tercantum dalam menu "HUBUNGI KAMI" atau pada rincian "contact person" di atas, bukan pada kolom komentar pada posting website.
Kami tunggu pesanan teman-teman sekalian dimana pun berada, akan kami kirimkan pesanan Anda dengan hati yang penuh kehangatan untuk Anda atau untuk buah hati dan keluarga yang Anda kasihi.
Salam hangat dari Bangkok, Thailand.
ttd
GUIDE RIANA & REMEMBERTHAI TEAM