Apakah yang dimaksud dengan “kebijaksanaan”?
Mungkin mudah bagi kita untuk membuat definisi bagi istilah tersebut, namun
sangat sukar untuk membuat format bakunya, mengingat sifat “bijaksana” sangat
kasuistik terhadap setiap dan masing-masing kasus spesifiknya dan kontekstual.
Karenanya, mempelajari
kebijaksanaan bukan dimaknai proses pembelajaran sekali selesai, namun
pembelajaran sepanjang waktu dan sepanjang hayat untuk mengenali berbagai
pilihan respons serta jawaban atas setiap kondisi yang kasuistik, bukan untuk mempelajari
satu jawaban untuk seluruh keadaan yang kita hadapi di keseharian.
Mungkin, lebih tepat jika KWANG
memberikan definisi “kebijaksanaan” sebagai “seni memahami keterampilan
paradoksal”. Paradoks sendiri artinya ialah sesuatu yang sukar dideskripsikan
dalam bahasa yang singkat, karena sangat berhubungan dengan cara berpikir (mind set) serta pengalaman, namun dapat
kita rasakan karena sifatnya tiada jawaban yang baku untuk dapat diterapkan
pada seluruh hal.
Singkatnya, tiada satu
jawaban yang dapat digunakan untuk seluruh konteks kasus, namun kasuistik kasus
per kasus sifat pendekatannya—itulah paradoks. Paradoks, membuat
suatu jawaban yang tampak “benar” bisa menjadi “tidak benar” ketika diterapkan
jawabannya tersebut kedalam kondisi yang berlainan.
Contoh-contoh “seni” paradoksal,
antara lain kita perlu belajar untuk mau mendengarkan, namun juga pada saat-saat
tertentu kita harus belajar untuk tidak mengambil hirau terhadap perkataan
orang lain. Ada kalanya kita harus memberi jawaban, dan ada kalanya kita “diam
seribu bahasa”.
Tidak ada satu jawaban untuk
segala situasi. Kondisi dan situasi itu sendirilah yang menjadi faktor paling dominan
untuk memilih pendekatan yang paling sesuai dan paling memadai. Dibutuhkan aktivitas
berpikir yang luar biasa untuk bisa menerapkan prinsip paradoksal ini. Karenanya,
menjadi bijaksana bukanlah selalu pekerjaan yang mudah untuk dilakoni dan dilatih
untuk dipraktikkan.
Begitupula kita diajarkan untuk
bersikap murah hati dengan memberi materi bagi orang-orang tidak mampu. Namun,
sering kali juga kita menemukan keadaan dimana dana yang kita berikan ternyata
disalah-gunakan bukan untuk keperluan yang semestinya.
Jika pemberian makanan oleh kita
justry membuat mereka menjadi pemalas, maka ada kalanya kita hanya memberi
mereka sebuah “pancing” agar mereka dapat mencari makannya sendiri. Ada kalanya,
kita perlu bersikap “kikir” terhadap orang-orang tertentu, dan sebaiknya
mengalokasikan dana donasi untuk hal lain yang jauh lebih bermanfaat bagi orang
lain yang lebih membutuhkan yang bisa jadi ialah : diri kita sendiri.
Terkadang kita perlu bersikap
keras terhadap diri kita sendiri, dan ada kalanya juga kita perlu bersikap
lunak dan penuh kasih terhadap diri kita sendiri. Ada kalanya kita meraih
kemenangan, dan ada kalanya kita perlu memberikan kemenangan kepada pihak lain
dalam rangka berbagi kebahagiaan agar kita tidak menjadi “serakah”.
Ada kalanya kita harus
berhemat, hemat pangkal kaya, kata pepatah. Namun, ada kalanya kita harus
membelanjakan dana sebagai modal usaha agar dapat produktif atau untuk sekadar hiburan
“refreshing” agar dapat segar bugar
kembali.
Sama seperti ketika KWANG
memiliki obat herbal untuk menyembuhkan sakit dan keluhan fisik, jika “disayang-sayang”
dengan tidak memakainya, ternyata obat-obatan tersebut menjadi kadaluarsa dan
menjadi mubazir sama sekali tidak terpakai. Sebaliknya, menjadi boros dalam
pemakaian obat, juga tidak baik karena menjadikan tubuh kita demikian “manja”.
Terkadang, kita perlu bersikap “lembut”,
dan terkadang pula kita perlu bersikap “keras”. Seroang guru yang baik, sebagai
contohnya, lembut ketika mengajar namun sesekali perlu bersikap “tegas” dan “keras”
ketika mendidik peserta didik yang perlu dididik. Bersikap “keras”, apakah
artinya selalu negatif dan jahat?
Ada kalanya kita perlu
berinvestasi dalam belanja modal, dan ada kalanya kita perlu menabung. Ada kalanya
kita bersikap konservatif, dan ada kalanya juga kita perlu bersikap terbuka
bagi perubahan dan kemajuan zaman agar dapat menjadi rasional dan tidak “kolot”
ortodoks.
Ada kalanya kita harus berjalan
mundur, dan ada kalanya pula kita harus berjalan maju, mirip seperti tarian sepasang
penari “sal-sa” yang berpasangan menari “maju dan mundur” sehingga saling harmoni.
Terkadang kita perlu belajar
untuk “diam” dan menutup mulut, dan terkadang kita perlu untuk “bersuara”
dengan sangat lantang, sekeras-kerasnya. Tidak selamanya “silent is golden”, bukankah begitu?
Ada kalanya kita perlu makan
nasi ketika lapar, namun ketika telah mencukupi kebutuhan tubuh, ada saatnya
kita harus berhenti dari memakan cemilan agar tidak menjadi beban bagi tubuh. Dan
ada kalanya pula sesekali makanan selain nasi, bukankah begitu?
Ada kalanya kita harus bekerja
keras dan berolahraga demi menjaga kebugaran tubuh, namun ada kalanya pula kita
perlu mengistirahatkan tubuh. Ada kalanya kita mendorong tubuh untuk
berkegiatan dan bekerja, dan ada kalanya kita perlu bersantai dan pergi bertamasya
untuk sejenak.
Ada kalanya kita perlu
bersosialisasi, dan ada kalanya kita perlu meluangkan waktu kita bagi diri kita
sendiri seorang diri saja. Ada kalanya sibuk, ada kalanya lepas dari kesibukan
dan menikmati kebebasan. Ada kalanya kita perlu melihat, dan ada pula kalanya
kita perlu tidak turut campur tangan terhadap urusan orang lain.
Ada kalanya kita mengatur, dan
ada kalanya juga kita perlu untuk diatur—agar tidak menjelma sombong bin arogan
:). Ada kalanya kita menyetujui, dan ada pula kalanya kita perlu menolak dan
menetang (masa selamanya kita menjadi oposisi?). Sama seperti ada kalanya kita
perlu menuntut, dan ada pula kalanya kita memberi maaf.
Ada kalanya menekan pedal gas
akselerasi, dan ada saatnya pula kita menekan kuat-kuat pedal deselerasi. Ada kalanya
kita menatap ke depan kaca kendaraan kita, dan ada kalanya juga kita menatap
kaca spion untuk melihat kondisi di belakang kita.
Ada saatnya kita memberi dan
ada saatnya pula kita menuntut hak-hak kita. Ada kalanya kita berlari dengan
secepat-cepatnya, dan ada kalanya pula kita harus berhenti sehenti-hentinya.
Sama seperti ada kalanya kita
membutuhkan malam hari, dan ada kalanya kita membutuhkan terik sinar matahari. Begitu
pula ketika kita membutuhkan air hujan, dan ada kalanya kita membutuhkan cuaca
cerah. Kebutuhan yang sama dengan antara hari kerja dan kebutuhan akan hari
libur. Ada kalanya kita membeli payung tatkala musim penghujan tiba, dan ada
kalanya penjual es-krim yang senang saat di musim kemarau.
Ada kalanya kita perlu mandi,
dan ada kalanya kita berjemur sinar matahari pagi. Ada kalanya kita mencari
dokter ketika jatuh sakit, dan ada kalanya kita perlu menjadi dokter bagi diri kita
sendiri. Ada kalanya mengenakan busana, dan ada waktunya pula untuk mencucinya
agar bersih kembali dan merawatnya—terlampau egois bila kita hanya ingin
menikmati tanpa mau direpotkan karenanya.
Sama seperti ada kalanya kita
perlu berdiri, ada kalanya harus duduk, dan ada kalanya berjalan, serta ada
waktunya kita untuk merebahkan badan. Tidak terkecuali ada kalanya kita perlu
menghirup nafas, dan ada kalanya kita menghembuskan nafas. Ada kalanya kita
perlu makan, dan ada kalanya kita perlu BAB. Ada kalanya diberi makan, dan ada
kalanya kita yang perlu memberi makan—alias menanam karma baik.
Ada saatnya menyelenggarakan
pesta, dan ada pulanya saatnya pesta usai. Ada kalanya mengucap “Hello” dan ada
pula saatnya tiba bagi kita untuk mengucap “Sampai Berjumpa lagi” (good by). Ada waktu-waktu bagi kita
untuk melakukan introspeksi diri, ada waktunya bagi kita untuk menjadi “take action” dan mengambil resiko.
Ada kalanya menunggu, dan ada
kalanya berinisiatif. Ada kalanya kita perlu merencanakan, dan ada kalanya kita
perlu “just do it”. Ada kalanya kita
perlu menunggu dan bersabar, dan ada pula kalanya kita perlu bergerak maju
secepatnya. Ada kalanya menerjang dan melakukan perlawanan, dan ada kalanya
pula mengalah. Ada kalanya menarik diri dan menjaga privasi, dan ada kalanya
tampil di muka publik.
Ada waktu kita menikmati musim
semi, dan ada pula kita harus bersabar menunggu lewatnya musim gugur. Ada waktu-waktu
kita berpromosi, dan ada waktu-waktu bagi kita untuk mencetak laba. Ada kalanya
mendapat penghasilan, dan ada kalanya kita berdana. Maka juga, ada kalanya kita
beruntung, dan menjadi wajar pula adanya kala kita merugi pada suatu waktu
lainnya—sehingga kita tidak perlu berkecil hati.
Ada kalanya kita perlu membeli,
dan pada kesempatan lain untuk menjual. Ada kalanya meminta, dan ada kalanya
memberi (prinsip resiprokal / resiprositas, alias prinsip bertimbal-balik). Ada
kalanya bersikap berani, dan ada kalanya pula kita bersikap “malu-malu”. Ada kalanya
tegas, dan ada kalanya sungkan.
Ada kalanya bertamu, dan ada
kalanya menerima tamu. Ada kalanya dijamu dan ada pula kalanya menjamu. Ada kalanya
dilayani, dan ada kalanya pula melayani. Ada kala bagi kita untuk bekerja, dan
ada pula kalanya bagi kita untuk beristirahat.
Ada kalanya bekerja, dan ada
kalanya menerima upah sebagai kompensasinya—bila perlu menuntutnya bila pengguna
jasa tidak beritikad baik pada kita. Ada kalanya direpotkan, dan ada kalanya
merepotkan (sesuatu yang wajar sehingga kita tidak perlu sungkan meminta tolong
orang lain dan dimintai tolong pada waktu / kesempatan lainnya).
Ada saatnya bagi kita untuk
memegang dan menggenggam, dan ada saatnya bagi kita untuk melepaskan
cengkeraman tangan kita. Ada saatnya untuk “senyap”, dan ada pula saatnya bagi
kita untuk sesekali berteriak dan menjerit.
Ada saat-saat untuk menabung,
dan ada saat-saat bagi kita untuk memakainya—kikir bukanlah pangkal kaya, namun
tersandera oleh keserakahan. Ada kalanya belajar, dan ada kalanya mengajarkan. Ada
kalanya mengingat-mengingat, dan ada pula kala bagi kita untuk melupakannya.
Sebagaimana telah kita lihat
rincian seni parakdoksal di atas, ternyata tiada satu jawaban untuk semua
situasi dan segala kondisi. Kebijaksanaan memberi kita pengetahuan praktik
serta keterampilan untuk membuat putusan bijak serta mengambil pilihan-pilihan cerdas
secara kontekstual dan kondisional, mengakui bahwa setiap kondisi membutuhkan
pendekatan yang saling berlainan.
Karenanya, dalam seni
paradoksal, kita tidak bisa besikap kaku dan membuta, namun harus fleksibel
dalam perilaku ketika bersosialisasi—meski tetap teguh dalam prinsip. Kita perlu
mempelajari segala sisinya, antara berani mengatakan “Ya” dan berani pula menjawab
“Tidak”, sebagai contoh, masing-masing jawaban harus kita sesuaikan terhadap
kondisi yang masing-masing situasi yang bisa jadi beragam dan saling berlainan.
Apa jadinya bila respons kita
dalam menjawab ialah selalu “Ya”, “Ya”, dan “Ya”, terbayangkan oleh Sobat apa
yang kemudian akan terjadi? Akhir kata, apapun situasinya, kita selalu memiliki
“pilihan bebas” (free will and free
choises), itulah pesan dari Alm. Victor Frankl. Karena KWANG EARRINGS
adalah teman terbaik mu! J
0 comments
Ikuti juga sosial media kami pada business.facebook, dengan akun : "Expat 2 Local Thai" / @guideriana
Rincian layanan JasTip (Jasa Titip) produk Thailand, dapat dilihat pada menu "Jasa Pencarian, Jasa Titip, dan Pengiriman Produk Thailand ke Indonesia".
Rincian layanan Private Tour Guide di Bangkok-Thailand, dapat dilihat pada menu "Private Tour Guide Riana".
NOTE REDAKSI : Seluruh info kontak dalam website ini diperuntukkan khusus untuk tujuan pemesanan dan bagi pengguna jasa layanan yang kami tawarkan dalam website ini. Menghubungi kami diluar peruntukan tersebut, dimaknai sebagai menyalah-gunakan nomor / email kontak kerja profesi kami, tidak akan ditanggapi.
Mohon kesediaan menunggu sejenak bila belum ada tanggapan secara segera, karena faktor kesibukan atau karena lain sebab. Pemesanan akan kami respons sesegera yang kami mampu.
Khusus untuk keperluan pemesanan barang dari Thailand, pemesanan dompet impor souvenir resepsi pertunangan / perkawinan, maupun untuk jasa PRIVATE TOUR GUIDE LEADER FREELANCE RIANA di Thailand, contact person:
- WhatsApp : (Thailand prefiks +66) 977-146-077 [PENTING : Pastikan simbol "+" disertakan sebelum input prefiks "66" dalam daftar nomor kontak pada perangkat seluler penelepon];
- email: guide.riana@gmail.com
- LINE : RIANASHIETRA
Konsumen / pengguna jasa dapat melakukan pemesanan pada nomor kontak / email yang tercantum dalam menu "HUBUNGI KAMI" atau pada rincian "contact person" di atas, bukan pada kolom komentar pada posting website.
Kami tunggu pesanan teman-teman sekalian dimana pun berada, akan kami kirimkan pesanan Anda dengan hati yang penuh kehangatan untuk Anda atau untuk buah hati dan keluarga yang Anda kasihi.
Salam hangat dari Bangkok, Thailand.
ttd
GUIDE RIANA