By SHIETRA - November 25, 2019
Seringkali karena ditinggal
bekerja atau bahkan tertidur, kita kerap lupa sedang mengisi baterai ponsel
kita yang kita tinggalkan begitu saja. Istilahnya ialah “overcharging” atau suatu keadaan dimana sebetulnya kapasitas
baterai sudah terisi penuh namun tidak lekas dihentikan proses pengisiannya
selama berjam-jam atau bahkan selama sepanjang malam hingga dini hari dan pagi
harinya baru diputus karena tertidur lelap.
Konon, berbagai ponsel keluaran
terbaru telah dilengkapi fitur pemutus arus otomatis ketika baterai ponsel
telah penuh. Namun, KWANG agak ragu dengan teknologi semacam itu, karena tetap
saja beberapa jam setelah baterai penuh, body ponsel tetap menghasilkan panas ketika
masih disuplai arus listrik pertanda bahwa tidak benar-benar ada teknologi
pemutus arus yang ajaib itu.
Jika kondisi “overcharging” berlangsung lebih dari 2-3
jam setelah kapasitas baterai mencapai angka FULL, ini bisa jadi masalah.
Karena baterai jenis Li-ion biasanya mencapai kapasitas 100 persen setelah
diisi daya antara 1 hingga 2 jam.
Tak sedikit pengguna lebih
memilih menunggu baterai smartphone-nya habis alias 0% barulah mengisi daya.
Padahal, pengguna perlu ingat smartphone mereka kebanyakan menggunakan baterai
jenis Li-ion yang tak perlu menunggu hingga kosong untuk bisa diisi kembali. Jika
menunggu hingga persentase baterai 0, hal demikian ditengarai bisa memperpendek
umur baterai Li-ion.
"Li-ion tidak perlu diisi hingga penuh. Faktanya malah lebih baik tidak
mengisinya sampai penuh karena tegangan tinggi justru bisa menekan baterai,"
diungkap oelh “Battery University” yang mengkhususkan diri dalam pengujian
baterai.
Baterai Li-ion konon dirancang
untuk berkinerja baik pada kapasitas 30-80 persen. Maka, saat kapasitas baterai
di bawah 30 persen sudah bisa diisi tanpa harus menunggu kapasitas baterai
hingga 0 persen. Ketika kapasitasnya mencapai 80 persen, kita tak perlu
menunggu hingga penuh 100 persen untuk mengakhiri proses pengisian daya listrik
pada baterai.
Pengisian baterai ponsel tidak
baik saat baterai sudah kehabisan daya sama sekali atau hingga mati total. Jika
ponsel dibiarkan mati karena kehabisan baterai, butuh 'tenaga' ekstra untuk
mengisinya lagi, lebih lama, dan lebih panas sebagai konsekuensinya. Sementara kita
ketahui, komponen elektronik rentan rusak akibat temperatur panas. Panas menjadi
musuh utama baterai Lithium-ion, tipe baterai yang umumnya digunakan oleh
hampir semua ponsel zaman kini.
Ketika terbiasa mengisi daya ketika
baterai sudah habis, selain panas, reaksi kimia di dalam baterai akan
menghasilkan gas berlebih. Gas ini yang menyebabkan baterai ponsel mudah
gembung atau kembung. Saat baterai kosong baru diisi, sel-sel baterai juga
lebih mudah rusak. Umur baterai menjadi pendek.
Asumsi baru boleh mengisi
baterai ponsel setelah 0%, adalah anggapan jaman dulu ketika awal generasi
pertama ponsel baru mulai diperkenalkan, saat itu baterai ponsel kebanyakan
masih bertipe Ni-Cd atau Ni-mh, baterai yang mempunyai memory effect jika tidak
dihabiskan isinya terlebih dahulu.
Mengisi baterai saat masih 50%,
60%, 70%, membuat baterai gampang terisi, tidak menimbulkan panas. Umur baterai
betul tergantung dengan bagaimana cara kita melakukan proses charging.
Setiap baterai bervariasi charge siklus atau cycle-nya, ada yang 300, 500, bahkan 1000 siklus “isi penuh hingga
habis total dayanya”. Satu siklus baterai ini proses 100 persen isi baterai
terpakai habis, misalnya baterai ponsel dari penuh kita gunakan hingga sisa
50%, kemudian diisi hingga 100%, kemudian dipakai lagi hingga 50%, ini disebut 1
siklus. Setelah batas charge siklus
terlewat, maka baterai mulai menurun daya tahannya dalam menyimpan daya dan
umur pakainya.
Rata-rata baterai ponsel turun
kemampuannya 20% dalam setahun, jadi saat awal kita beli mungkin baterainya
saat penuh tahan 5 hari, setelah setahun menjadi 3 hari, dan akan bertambah
buruk semakin lama. Karenanya, menjadi sangat merugikan berinvestasi pada
ponsel berharga mahal, karena secanggih apapun ponsel tersebut, “hidup atau
mati” sang ponsel tetap kembali lagi ditentukan pada usia pakai baterainya.
Kondisi ini akan diperparah
jika kita melakukan charging saat
baterai sudah sangat lemah atau bahkan habis sama sekali. Dengan charging saat
kondisi baterai masih 50% ke atas, siklus pengisian ini dikabarkan akan dapat bertahan
lebih lama.
Baterai, disebutkan oleh sebuah
sumber agar jangan di-charge hingga
100% jika ingin lebih awet, 80%-90% cukup, karena proses untuk sampai full 100%
disebut trickle charging, mengisi
hingga penuh dan guna konstan mempertahankan agar baterai tetap 100%
sehingga sejatinya pengisian daya terus terjadi hingga daya benar-benar diputus.
Artinya, pengisian daya tidak benar-benar
berhenti saat baterai mencapai angka 100%, karena beberapa menit kemudian ia
akan menurun menjadi 99%, namun mengingat kabel daya masih tersambung,
pengisian terjadi secara konstan sehingga akan tampak terus bertahan pada angka
100%, yang sejatinya tidak terjadi pemutusan arus, namun pengisian konstan
terus terjadi—dan inilah yang menimbulkan panas pada komponen halus pada perangkat
yang terakumulasi dalam waktu lama.
Konon, chip dan perangkat lunak
pengatur charging di smartphone kita semakin
baik, produsen juga tahu bahwa sebagian besar dari kita meninggalkan smartphone
sambil di-charge saat tidur hingga
pagi hari keesokan harinya, namun kembali lagi pada skema “konstan menjaga
kapasitas 100%” yang konsekuensinya pengisian terus berlangsung sejatinya.
OS smartphone juga ditengarai
semakin pintar, berbagai sensor pada smartphone mengetahui smarphone sudah
cukup lama tidak sedang digunakan, dan akan mematikan banyak aplikasi yang
berjalan di background, hingga smartphone benar-benar standby ketika kita
gunakan. Namun, produsen mana yang betul-betul berani membuat klaim semacam
itu?
Yang menjadi pertanyaan KWANG,
untuk apa juga baru mengisi baterai ponsel saat hendak tidur? Kini, menemukan
stop kontak sangat mudah, dan proses pengisian baterai saat kini dapat
dilakukan secara fast charging dimana
proses pengisian dapat dilakukan saat kita sarapan atau mandi pagi, atau bahkan
lewat alat portabel charger di perjalanan.
Memang ada juga yang apatis,
menyatakan itu hanya “teori”. Tapi tidak ada salahnya kan kita merawat dan
menjaga batarai ponsel kita dengan baik agar awet dan dapat memiliki masa pakai
lebih panjang, agar tidak menambah banyak limbah ponsel bekas di Tanah Air. Sayang
sekali jika perangkat canggih pada ponsel kita seperti kamera yang berpuluh
mega piksel, menjadi mubazir dan harus terbuang percuma hanya karena baterai
yang menjadi cepat bermasalah.
Saat di-charge memang sebaiknya ponsel ada dalam keadaan tidak dihidupkan
atau setidaknya tidak digunakan sama sekali. Namun pada kenyataannya sering
kali orang-orang masih menggunakan ponsel pada saat ponsel sedang diisi dayanya
seperti untuk mengetik pesan instan, menonton, bahkan untuk melanjutkan
permainan game. Kebiasaan demikian dinilai tidak baik untuk umur pakai baterai
handphone karena ketika kita menggunakan ponsel saat sedang proses pengisian
daya, suhu handphone akan meningkat, terakumulasi dari prosesor yang bekerja
dan dari perangkat charger, yang berpotensi merusak sel yang terdapat pada
baterai ponsel.
Uniknya, isu tersebut ternyata
memiliki opini yang berkebalikan, yakni pada saat kita ingin bepergian kita
buru-buru membawa ponsel padahal ponsel tersebut sedang diisi dayanya.
Kebiasaan melepas ponsel dari charger
disaat baterai ponsel belum terisi penuh, ditengarai dapat menyebabkan
kerusakan pada baterai. Hal ini karena pada umumnya baterai yang digunakan pada
ponsel berjenis Li-Ion yang memiliki umur berdasarkan berapa banyak baterai
tersebut diisi ulang. Semakin sering melakukan pengisian, maka akan semakin
berkurang juga umur baterai tersebut.
Simpang-siur informasi
demikian, maka untuk menyikapi sekaligus solusinya, kita dapat bersikap moderat
saja, dengan mengisi saat kapasitas baterai diangka 30 persen kebawah, dan
mengisi tidak lebih dari kapasitas baterai diangka 80 persen.
Entah mengapa dan bagaimana,
padahal fitur stopwacht ataupun weker sudah disertakan pada setiap handphone
paling sederhana sekalipun, namun sangat jarang digunakan oleh pemakai ponsel
di Indonesia. Ponsel canggih mereka seringkali hanya digunakan untuk sibuk ber-chatting messenger atau untuk menonton
video, namun selalu melupakan dan tidak pernah menggunakan fitur sederhana
sesederhana memakai weker untuk mengingatkan kita ketika kapan harus mematikan
kompor di dapur (sehingga sering gosong panci dan masakannya karena ditinggal
pergi mengerjakan aktivitas lain), untuk mematikan pompa listrik penghisap air
ke tangki (mengapa juga harus selalu menunggu sampai air pada tangki meluber
terlampau kepenuhan baru saklar listriknya dimatikan, kebiasaan buruk yang
selalu saja kerap diulangi), ataupun untuk menghentikan proses pengisian pada
baterai handphone kita itu sendiri yang memiliki fungsi weker yang kerap
dibengkalaikan.
Apa susahnya sih, tinggal menggunakan
fitur weker yang begitu mudah pada ponsel kita yang selalu berada di samping
kita ini? Cukup proses setelan beberapa tahapan pada layar ponsel kita, tidak sampai
setengah menit, maka weker pada ponsel kita pun siap digunakan kapan dan
dimanapun kita berada.
Hal tersebut terdengar seolah sepele,
namun sikap “masa-bodoh” dan malas orang-orang pengguna ponsel yang kerap kali
membuat fitur sederhana bawaan setiap ponsel cerdas tersebut jarang digunakan,
dimana lagi-lagi panci dan masakan gosong, air pada tangki air meluber, dan lagi-lagi
overcharging. Mungkin, seekor keledai
pun akan tertawa jika mengetahui ada orang se-“ceroboh” itu. Ceroboh kok disengaja dan diulang-ulang? Jika terus diulang-ulang, itu bukan lagi lalai namanya, namun disengaja.
Jangan disepelekan. Ketika ponsel kita benar-benar cepat rusak tidak dapat dipakai, barulah kita akan tahu betapa pentingnya menjaga keberlangsungan masa pakai ponsel kita. Lebih baik mencegah faktor kerusakan daripada mengobati. Bagus bila produsennya masih menjual komponen baterai tipe ponsel kita, jika tidak? Karena KWANG EARRINGS
adalah teman terbaik mu! 😊
0 comments
Ikuti juga sosial media kami pada business.facebook, dengan akun : "Expat 2 Local Thai" / @guideriana
Rincian layanan JasTip (Jasa Titip) produk Thailand, dapat dilihat pada menu "Jasa Pencarian, Jasa Titip, dan Pengiriman Produk Thailand ke Indonesia".
Rincian layanan Private Tour Guide di Bangkok-Thailand, dapat dilihat pada menu "Private Tour Guide Riana".
NOTE REDAKSI : Seluruh info kontak dalam website ini diperuntukkan khusus untuk tujuan pemesanan dan bagi pengguna jasa layanan yang kami tawarkan dalam website ini. Menghubungi kami diluar peruntukan tersebut, dimaknai sebagai menyalah-gunakan nomor / email kontak kerja profesi kami, tidak akan ditanggapi.
Mohon kesediaan menunggu sejenak bila belum ada tanggapan secara segera, karena faktor kesibukan atau karena lain sebab. Pemesanan akan kami respons sesegera yang kami mampu.
Konsumen / pengguna jasa dapat melakukan pemesanan pada nomor kontak / email yang tercantum dalam menu "HUBUNGI KAMI" atau pada rincian "contact person" di atas, bukan pada kolom komentar pada posting website.
Kami tunggu pesanan teman-teman sekalian dimana pun berada, akan kami kirimkan pesanan Anda dengan hati yang penuh kehangatan untuk Anda atau untuk buah hati dan keluarga yang Anda kasihi.
Salam hangat dari Bangkok, Thailand.
ttd
GUIDE RIANA & REMEMBERTHAI TEAM