By SHIETRA - December 18, 2019
Memasak dengan cara tradisional pakai kayu bakar, memicu
resiko kanker nasofaring, atau karsinoma nasofaring. Karenanya, janganlah
mencelakai tetangga Anda dengan egois demi perut sendiri dengan memasak makanan
menggunakan kayu bakar ataupun membakar sampah.
Jika tetap ingin membakar kayu, arang, atau sampah,
silahkan tinggal di hutan bersama monyet liar, jangan berbagi ruang dan berbagi
udara di perkotaan.
Selama ini mungkin kita hanya
tahu atau pernah mendengar perihal polusi “luar ruangan”, namun siapa yang
menyangka, polusi “dalam ruangan” justru bisa menjadi lebih berbahaya karena
lebih banyak waktu kita dihabiskan pada aktivitas di dalam ruangan?
Sebagai contoh, dahulu pernah
KWANG jumpai pada beberapa buah perkantoran di Jakarta (Indonesia), ketika
kantor tersebut membuka kantornya pada pagi hari dan beraktivitas, salah
seorang staf kantor menyemprotkan semprotan obat pembunuh nyamuk dan kecoak ke
seluruh ruang kantor. Akibatnya, seluruh perabot dipenuhi “debu” kimia beracun
yang mengendap dan menumpuk, serta seluruh udara dalam kantor yang sirkulasinya
hanya berputar-putar di situ saja (sirkulasi Air Conditioner atau AC, sejatinya
hanya menghisap dan mengeluarkan udara yang sama, bukan sirkulasi yang
sesungguhnya menggantikan udara lama dan udara baru).
Sehingga, seluruh staf kantor
maupun pengunjung kantor, setiap harinya harus menghisap polutan yang bersumber
dari obat kimia pembunuh serangga yang sengaja disemprotkan ke seluruh ruangan
kantor dengan alasan untuk membunuh nyamuk pengganggu. Jika serangga saja bisa
mati menghirupnya, apalagi manusia yang setiap hari terpapar dan terpajan udara
beracun demikian?
Lebih berbahaya lagi, ialah
obat semprot pembunuh serangga yang mengandung pewangi, ada aroma lemon, aroma
harum lavender, dsb. Manusia yang kurang bijaksana, akan menyemprotnya seolah
sebagai pengharum ruangan, disemprot lalu dihirup dengan senang dan riang
gembira, tanpa mau menyadari perilakunya dapat membahayakan dirinya sendiri
maupun bagi orang lain yang menghuni ruangan.
Terlebih ironis, dalam
pengamatan KWANG kondisi ruang perkantoran di Indonesia, banyak penghuninya
yang membakar tembakau di dalam ruangan, mengakibatkan banyak jatuh korban
“per0k0k pasif”—sementara kita ketahui, potensi resiko berbahayanya bagi
kesehatan “per0k0k pasif” jauh melampaui “per0k0k aktif” yang hanya memikirkan
kesenangan dirinya sendiri (egoistik) dan membahayakan kesehatan orang lain.
Contoh lain, ialah pembakaran
dupa. Padahal, saat zaman Sang Buddha, tidak ada ritual pembakaran dupa, juga
Agama Buddha bukanlah “agama ritual”. Sang Buddha sendiri telah bersabda,
ritual tidak akan dapat mensucikan diri dan pikiran seseorang, namun oleh
perilakunya sendiri.
Karenanya, kini di Thailand,
pemerintah Thailand dan otoritas setempat di Bangkok, telah melarang warga
lokal maupun turis asing untuk membakar dupa di berbagai kuil, sehingga hanya
boleh ditancap di tempat penusukan dupa, tanpa boleh dibakar.
Begitupun dengan Master Shih
Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi, telah lama menghimbau agar umat
tidak lagi menjalankan tradisi membakar dupa, karena tradisi demikian tidak
sesuai pandangan Buddhisme agar turut menjaga kelestarian lingkungan. Betapa
tidak, jika satu orang dalam sehari membakar 6 batang dupa (apalagi ada dupa
sebesar motor), maka jika dalam hitungan 1 tahun dengan jutaan umat, dapat
dijumlahkan berapa ribu pohon harus ditumbangkan sepanjang tahunnya, tentu
tidak ramah terhadap lingkungan, selain tidak sehat bagi kesehatan.
Yang tidak kalah kurang
“primitif” dari perilaku masyarakat di Indonesia, bahkan dapat dijumpai pada
perumahan di perkotaan seperti Jakarta, ialah kebiasaan membakar sampah daun
maupun sampah anorganik lainnya seperti plastik di lingkungan perumahan, bahkan
dilakukan dekat ventilasi rumah tetangga, dimana polusi bersifat lintas batas
dan lintas sekat, maka sekalipun pembakaran sampah dilakukan pada satu titik,
namun terdampaknya bisa membuat derita ratusan keluarga pemilik rumah dan
penghuninya hingga radius ratusan meter akibat tertiup angin dan udara.
Karena itu jugalah, wajar
ketika negara tetangga seperti Singapura sering melakukan komplain atas ulah
Pemerintah Indonesia yang selalu gagal mengatasi ulah korporasi pengusaha sawit
yang kerap membuka hutan dengan cara membakar lahan gambut (land clearing). Perumahan semestinya
bebas dari segala gangguan, termasuk dari gangguan polusi udara, polusi suara,
maupun polusi sosial lainnya seperti aktivitas usaha ilegal yang mengganggu
ketenteraman warga pemukim.
Patut kita sayangkan, kesadaran
sebagian besar masyarakat Indonesia masih hanya sebatas mementingkan diri
sendiri, tanpa mau menyadari bahwa setiap penduduk dan warga saling berbagi
ruang hidup, berbagi sumber daya alam, dan berbagi nafas.
Bahkan ada seorang tetangga
pada rumah KWANG di Jakarta, mengomel karena daun yang berguguran, seolah
dirinya tidak membutuhkan oksigen dari pohon untuk bernafas dan berteduh.
Berikut KWANG ungkap berbagai fakta perihal bahaya polusi dalam ruangan.
Kebanyakan model rumah modern saat
kini dibangun tanpa ventilasi pertukaran udara, dimana para penghuninya hanya
mengandalkan alat pendingin udara (AC) untuk menurunkan suhu udara, tanpa menyadari
ancaman bahaya tinggal dalam rumah tanpa ventilasi.
“Rumah tanpa ventilasi menghambat sirkulasi udara,” tutur Dr. Ong
Kian Chung, Respiratory Specialist Mount Elizabeth Hospital, kepada awak media
di Singapura. Padahal di rumah ada polutan, macam asap rokok dan lilin, debu
mebel mengandung senyawa mikro semacam tungau, semprotan deodoran dan
antiserangga yang mengendap dan terakmulasi.
Sekali bernapas, rata-rata
manusia menghirup 500 mililiter udara, di mana 20 persen di antaranya berupa
oksigen (itupun jika terdapat pepohonan di lokasi perumahan). Dapat kita
bayangkan, betapa tersiksa paru-paru kita ketika udara yang harus kita hirup
sehari-hari di dalam rumah, ternyata mengandung polutan yang berbahaya yang
bagi kesehatan.
Terlebih bila rumah berlokasi
di lingkungan sarat polutan yang terdampak dari kepadatan lalu lintas, atau
kebakaran hutan. Udara kotor yang masuk dan terperangkap dalam rumah saat
jendela dan pintu kebetulan terbuka, tentunya mengganggu pernapasan. Dalam
jangka panjang, ditengarai memicu penyakit pernapasan serius.
Bagi mereka yang “berhidung
sensitif” dan mudah alergi, semisal mengidap asma, maka polutan dalam
rumah, menurut Dr. Ong, bakal memperparah kondisi saluran pernapasan, bahkan
paru-parunya. “Mereka bisa mengalami alergi,
batuk terus menerus, kesulitan bernapas, dan lebih parah lagi, kanker.”
MASALAHNYA, BANYAK DIANTARA
MASYARAKAT INDONESIA YANG TERLAMPAU EGOISTIK, TIDAK MAU MEMAHAMI KONDISI
TETANGGA DAN PARA PEMUKIM SEKITARNYA, HANYA MEMENTINGKAN DIRINYA SENDIRI.
Pernahkah para pembakar sampah di lingkungan pemukiman tersebut, memikirkan
nasib para warga setempat yang mungkin saja mengidap asma ringan maupun asma akut,
bahkan setiap hari atau seminggu sekali harus mendapati udara pada perumahan
tersebut tercemar oleh seorang warga lainnya yang membakar sampah sembarangan.
Kondisi jalan raya yang penuh polusi, semestinya lingkungan perumahan menjadi
tempat berlindung dan beristirahat yang bebas dari segala polusi.
Polutan dalam rumah semakin
membahayakan bila di antara penghuni ada bayi atau balita. Sistem imun mereka,
dikatakan Dr. Ong, masih lemah dan masih berkembang kurang dari separuh dewasa.
Maka bila terpapar polutan dalam rumah secara terus-menerus dalam kurun waktu
lama, kondisinya bakal parah.
Kanker masih menjadi momok
kesehatan di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, prevalensi
kanker di Indonesia saat ini adalah 4,3 per 1000 penduduk dan penyebab kematian
nomor tujuh, 5,7 persen dari seluruh penyebab di Indonesia.
Yang mungkin jarang kita ketahui
ialah sejenis kanker bernama kanker nasofaring, atau karsinoma nasofaring
(KNF). Dari data statistik, KNF berada pada urutan keempat sebagai kanker
terbanyak di Indonesia setelah kanker leher rahim, kanker payudara dan kanker
paru.
Di Indonesia sendiri, angkanya
mencapai 4-9 kasus per 100 ribu penduduk, menempati peringkat ketiga di dunia. "Kanker Nasofaring disebabkan oleh beberapa
hal yakni Epstein-Barr Virus, peningkatan antibodi, genom virus pada sel tumor,
bahan kimia termasuk asap, serta mengonsumsi makanan yang menghasilkan
kandungan nitrosamine atau precursor nitro yang akan menjadi pemicu
untuk terjadinya proses KNF," ujar Dr. dr. Cita Herawati, SpTHT-KL,
saat seminar media 'Pengobatan Paripurna pada Kanker Nasofaring'.
Jangan remehkan akibat dampak
dari polutan udara, karena yang berbahaya ialah dampak jangak panjang, bukan
sekadar dampak jangka pendeknya—itulah sebabnya, akal masyarakat Indonesia
kerap sangat pendek akalnya dalam menyikapi suatu kondisi.
Jika hanya mencelakai dirinya
sendiri pelaku pembakar sampah ataupun rokok, itu bukanlah urusan kita—hanya
saja jika dampaknya membawa konsekuensi resiko kesehatan bagi warga lainnya
(dan seringkali demikian), itu barulah patut disebut sebagai “kejahatan
terhadap kesehatan publik”. Sayangnya, aparatur penegak hukum kita itu sendiri
juga merupakan aktor pelaku yang menghasilkan polusi udara. Cobalah lihat
kondisi kantor polisi, para polisi kerap merokok dalam ruangan sekalipun warga
pelapor bisa jadi alergi asap rokok.
Asap yang dimaksud oleh dr.
Cita ialah seperti rokok, dupa, kemenyan dan kayu bakar, obat anti nyamuk bakar
serta pekerjaan yang menghasilkan serbuk-serbuk kimia, seperti peleburan besi
dan serbuk kayu. Selain asap, nitrosamine juga bisa dihasilkan oleh beberapa
jenis makanan seperti ikan asin, sayuran yang diawetkan, dan makanan yang
difermentasi.
"Tak sedikit yang
menderita ini bukan karena asap rokok atau polusi, tetapi para Ibu yang masih memasak
dengan cara tradisional pakai kayu bakar," katanya.
Gejalanya, dr Cita
mengungkapkan, meliputi mimisan ringan sampai berat, terasa sumbatan di hidung,
kadang sering dirasakan pilek lama yang seperti gejala sinusitis. “Kemudian ada juga rasa tidak nyaman di
telinga karena tumor terletak di dekat muara tuba eustachius atau fossa
Rosenmuller, yang rasanya seperti tersumbat, dengung, bahkan rasa nyeri,”
sebutnya. Gejala lain bisa jadi terasa di mata serta leher.
"Ketika menemukan benjolan pada leher jangan langsung ke dokter bedah,
karena 90 persen benjolan leher berpusat di Nasofaring. Ketika sudah diangkat
lebih dulu, maka penyebaran sel kankernya bisa lebih cepat. Kemudian pilek
menahun jangan dibiarkan, memang mirip sinusitis tapi lebih baik segera cek,"
ujarnya.
Di kota-kota besar, seperti
Jakarta, apartemen menjadi salah satu pilihan hunian di tengah terbatasnya
lahan tempat tinggal. Soal keamanan, tinggal di apartemen cukup terjamin karena
dilengkapi dengan sistem canggih dan personil keamanan profesional, sehingga
mudah menindak tetangga yang “resek” ataupun “nyeleneh”. Kebersihan serta
perawatan gedung juga dilakukan pengembang secara rutin.
Sayangnya, dibalik keindahan
hidup pada sebuah apartemen yang terletak pada pusat kota, meski sudah dirawat
dan dibersihkan secara rutin, udara apartemen belum tentu bebas dari paparan
polusi udara. Bagaimana polusi udara bisa mencemari ruang tempat kita tinggal
dan menghuni?
Polusi udara dari luar ruangan
bisa menyusup ke dalam ruangan apartemen melalui ventilasi serta jendela
terbuka. Polutan-polutan tersebut kemudian menempel di lantai hingga perabot
rumah tangga dan dapat terhirup, masuk ke dalam tubuh. Karena itu, kegiatan
membuka jendela setiap hari agar udara sehat dan bersih bisa masuk ke dalam
ruangan, tidak lagi relevan di kota-kota besar dengan polutan asap pembakaran
kendaraan bermotor yang memenuhi dan terperangkap mengambang dalam atmosfer
udara perkotaan.
Selain ventilasi, polutan di
ruangan dapat bersumber dari asap rokok, material bangunan, hingga perabot
rumah tangga. Karenanya, hendaknya tidak segera menempati rumah ataupun
apartemen yang baru selesai dibangun, terutama bau cat masih memenuhi ruang udara
ruangan.
Melansir artikel di laman
theguardian.com, umumnya polusi udara terdiri dari empat polutan utama, yakni particulate matter (PM), ozon, nitrogen
dioksida, dan sulfur dioksida. PM merupakan campuran partikel padat dan cair
yang tersuspensi di udara. Salah satu polutan yang paling banyak memengaruhi
kesehatan manusia adalah PM2.5. Pasalnya, partikel ini ukurannya lebih kecil
dari 2.5 mikron (mikrometer) atau 1/30 diameter sehelai rambut manusia.
Karena itu, PM2.5 dapat
masuk dengan mudah ke dalam aliran darah, paru-paru, hingga sistem
kardiovaskular. Silent killer.
Dalam jangka panjang, polusi udara yang terhirup dan masuk ke dalam tubuh
dapat meningkatkan risiko penyakit-penyakit tidak menular, seperti stroke,
kanker paru-paru, hingga penyakit jantung.
Sementara itu, dalam jangka
pendek, polusi udara dapat menjadi salah satu penyebab gangguan kesehatan di
kehidupan sehari-hari, misalnya : infeksi saluran pernapasan akut (ISPA),
gangguan saluran pernapasan (asma), hingga pneumonia atau paru-paru basah. Inilah
mengapa polusi udara dijuluki sebagai silent
killer alias si pembunuh dalam senyap, karena dapat menyebabkan
berbagai gangguan kesehatan serius tanpa disadari pemilik tubuh.
Bahkan, data World Health
Organization (WHO) pada 2018 memperkirakan 7 juta orang meninggal setiap
tahun akibat polusi udara. Tak hanya itu, sebuah studi dari Lancet
Planetary Health tahun 2019 mengungkapkan, 4 juta anak-anak di dunia setiap
tahunnya mengidap penyakit asma karena polusi udara dari kendaraan bermotor.
Penelitian itu menunjukan,
peningkatan jumlah penderita asma pada anak banyak terjadi di wilayah-wilayah
dengan tingkat pencemaran udara melebihi batas aman yang ditetapkan WHO.
Adapun, WHO telah menetapkan bahwa ambang batas aman paparan polutan harian
adalah 25 mikrogram per meter kubik.
Mencegah efek buruk polusi
udara, dimulai dengan sesama warga saling memahami hak untuk hidup sehat
merupakan hak setiap penghuni rumah dalam suatu pemukiman. Untuk mencegah
gangguan kesehatan akibat paparan polusi udara di ruangan, terdapat beberapa
cara yang bisa dilakukan.
Pertama, dengan rutin
membersihkan ruangan apartemen, termasuk ventilasi dari debu menggunakan vacuum cleaner, sapu, atau pel.
Selanjutnya, pastikan tubuh menerima asupan air atau terhidrasi dengan baik
sepanjang hari, salah satu tips lainnya ialah mengkondumsi buah-buahan sebagai
sumber antioksidan alami.
Sebagaimana dilansir oleh Kompas.com,
minum banyak air sangat disarankan untuk membilas racun dari tubuh. Terakhir,
dengan memastikan ruangan apartemen mendapatkan aliran udara bersih setiap
waktu. Pasalnya, sama seperti di luar ruangan, udara dalam ruangan juga tidak
luput dari paparan polusi udara. Ventilasi udara, yang sering kali dianggap
sebagai tempat pertukaran udara bersih, justru bisa juga menjadi sumber polusi.
Sebabnya, udara kotor dari luar
ruangan bisa masuk melalui lubang udara ini. Salah satu cara menjaga kualitas
udara ruangan adalah dengan menggunakan pembersih udara (air purifier). Namun, solusi ini tidak disarankan dilakukan untuk
jangka panjang. Sebab, jika ruangan selalu dalam kondisi tertutup, udara yang
berputar dalam ruangan akan itu-itu saja.
Exhaust fan pun bukanlah solusi ideal, mengingat pertukaran
udara sifatnya ialah dengan cara sebagai berikut: udara keluar dan udara yang
masuk harus seimbang, siklus pertukaran udara, bukan hanya mengeluarkan
ataupun memasukkan udara secara satu arah.
Ketika etnis Tionghua
memperingati Tahun Baru Imlek di Indonesia, kita tentu terbiasa mendapati berbagai
ornamen berbau oriental sebagai hiasan dan pajangan ruangan. Di beberapa tempat
layaknya klenteng, kita juga bisa menemukan benda-benda khas Tahun Baru Imlek,
berupa lampion merah atau bahkan dupa yang dibakar di berbagai sudut ruangan
hingga membentuk awan asap dupa yang menyakitkan mata dan membakar tenggorokan
pernafasan.
Pakar kesehatan ternyata cukup
menyoroti asap dari pembakaran dupa yang memang bisa dengan mudah ditemukan di
event Tahun Baru Imlek. Terdapat sebuah studi yang bahkan menunjukkan bahwa ada
resiko kesehatan andai kita membakar dupa di dalam ruangan yang tertutup.
Seperti apakah hasil studi memperlihatkan resiko kesehatan yang mungkin
terjadi?
Pakar kesehatan Rong Zhou yang
berasal dari South China University of Technology, memimpin sebuah penelitian
yang dilakukan pada tahun 2015 silam. Dalam penelitian ini, Zhou dan timnya
mencari tahu seberapa besar dampak asap dupa sebagai polusi udara.
Sebagai informasi, telah banyak hasil studi yang sebelumnya menyebutkan bahwa
asap dupa bisa meningkatkan resiko kanker dan tumor, namun, hasil dari
penelitian-penelitian sebelumnya ini belum benar-benar spesifik.
Zhou dan timnya pun kemudian
mengidentifikasi zat-zat apa saja yang ada dalam asap dupa. Mereka pun
mengambil sampel berupa dupa yang terbuat dari kayu cendana dan kayu gaharu dan
membandingkannya dengan asap rokok yang terkurung di dalam ruangan.
Hasilnya adalah, asap dupa
ternyata memiliki konsentrasi partikel yang halus dan bahkan sangat halus. Didalamnya
ditemukan cukup banyak aromatic, zat iritan, dan juga senyawa beracun. Zhou
bahkan menyebutkan jika pada asap dupa ini memiliki zat kimia yang berpotensi
mengubah materi genetik layaknya mutasi DNA, sehingga bisa memicu berbagai
masalah kesehatan.
Setelah diuji-coba dengan
hamster, dampak dari asap dupa bahkan lebih beracun jika dibandingkan dengan
asap rokok.
Melihat adanya fakta ini, Zhou
pun menyarankan kita yang ingin merayakan Tahun Baru Imlek agar tidak
sembarangan membakar dupa di ruangan tertutup karena bisa berbahaya bagi
kesehatan tubuh. Pastikan kita membakarnya di ruangan terbuka sehingga berbagai
kandungan kimia ini tidak hanya terkonsentrasi di dalam ruangan saja dan terus
menerus dihisap oleh pernafasan kita.
Aroma terapi tak hanya berasal
dari minyak esensial yang dipanaskan saja. Namun juga bisa berasal dari dupa
aroma terapi yang dibakar. Meski memberikan aroma yang menenangkan, namun
menghirup asap dupa juga bisa membahayakan kesehatan yang sayangnya tidak para masyarakat
sadari.
Peneliti mengklaim bahwa asap
yang berasal dari dupa aroma terapi yang dibakar mengandung zat karsinogen
seperti benzena, karbonil dan hidrokarbon poli aromatik. Zat ini mampu
membahayakan kesehatan tubuh bila seseorang menghirupnya secara berlebihan. Maka,
tidaklah perlu kita mencari penyakit sendiri untuk hal-hal yang sejatinya tidak
diperlukan.
Asap juga bisa mengiritasi mata dan kulit. Terutama bagi seseoarng yang
memiliki kulit sensitif, sa;aj satunya menyebabkan peradangan. Bagi mereka yang
menderita asma, berhati-hatilah dengan asap dupa aroma terapi yang terbawa
udara sebelum kemudian terhirup, karena bisa menyebabkan radang pada
paru-paru. Menghirup asap aroma terapi dalam jangka panjang juga dapat
membahayakan sistem pernapasan dan meningkatkan risiko kanker di saluran
pernapasan.
Tingginya durasi paparan dan
intensitas menghirup asap dupa berperan tinggi dalam mengakibatkan sejumlah
kerusakan sel sehat tubuh. Disamping itu, menurut penelitian, paparan asap dupa
aroma terapi juga mampu membahayakan fungsi ginjal karena tingginya kandungan
zat besi, magnesium, bahkan timbal (yang sangat mengancam keselamatan
sel otak). Selain bahaya tersebut, asap aroma terapi disinyalir juga dapat
mencemari lingkungan yang kemudian membuat warga mengalami sakit kepala dan
masalah neurologis lainnya.
Jadilah warga yang baik, dimulai
dengan menghargai hak-hak setiap penghuni pada pemukiman atas kesehatan, bebas
dari segala polusi, bebas dari segala polutan lintas batas, bebas dari ancaman
bahaya kesehatan, agar tidak menimbun karma buruk selama kita hidup saling
bertetangga dan saling berbagi ruang hidup maupun sumber daya air, udara, dsb.
Jadikan lingkungan pemukiman
sebagai tempat ter-aman dan tersehat untuk bebas dari segala gangguan maupun
polusi, bukan mengalih-fungsikannya menjadi tempat pembakaran sampah terlebih
sebagai tempat usaha ilegal yang mengganggu ketenangan hidup warga pemukim.
Sadarilah, apakah perbuatan
kita dapat merugikan dan mengancam kesehatan hidup orang lain ataukah tidak. Orang-orang
yang tidak waspada pada perbuatannya sendiri, diibaratkan orang dungu yang sedang
menggali lubang kuburnya sendiri dengan menimbun banyak karma buruk sepanjang
hidupnya.
Karena KWANG EARRINGS
adalah teman terbaik mu! 😊
SUMBER RUJUKAN:
https:// www. cnnindonesia .com/gaya-hidup/20160622092931-255-140016/bahaya-polusi-dalam-rumah-tanpa-ventilasi
https:// www. cnnindonesia .com/gaya-hidup/20160526033613-255-133499/asap-jadi-penyebab-utama-kanker-nasofaring?
https:// lifestyle. Kompas .com/read/2019/10/30/090400220/ngeri-bahaya-polusi-udara-juga-mengintai-di-apartemen?page=all
https:// doktersehat .com/jangan-menyalakan-dupa-di-ruangan-tertutup/
https:// www. merdeka .com/sehat/6-bahaya-tak-terduga-dari-menghirup-asap-dupa-aroma-terapi.html
0 comments
Ikuti juga sosial media kami pada business.facebook, dengan akun : "Expat 2 Local Thai" / @guideriana
Rincian layanan JasTip (Jasa Titip) produk Thailand, dapat dilihat pada menu "Jasa Pencarian, Jasa Titip, dan Pengiriman Produk Thailand ke Indonesia".
Rincian layanan Private Tour Guide di Bangkok-Thailand, dapat dilihat pada menu "Private Tour Guide Riana".
NOTE REDAKSI : Seluruh info kontak dalam website ini diperuntukkan khusus untuk tujuan pemesanan dan bagi pengguna jasa layanan yang kami tawarkan dalam website ini. Menghubungi kami diluar peruntukan tersebut, dimaknai sebagai menyalah-gunakan nomor / email kontak kerja profesi kami, tidak akan ditanggapi.
Mohon kesediaan menunggu sejenak bila belum ada tanggapan secara segera, karena faktor kesibukan atau karena lain sebab. Pemesanan akan kami respons sesegera yang kami mampu.
Konsumen / pengguna jasa dapat melakukan pemesanan pada nomor kontak / email yang tercantum dalam menu "HUBUNGI KAMI" atau pada rincian "contact person" di atas, bukan pada kolom komentar pada posting website.
Kami tunggu pesanan teman-teman sekalian dimana pun berada, akan kami kirimkan pesanan Anda dengan hati yang penuh kehangatan untuk Anda atau untuk buah hati dan keluarga yang Anda kasihi.
Salam hangat dari Bangkok, Thailand.
ttd
GUIDE RIANA & REMEMBERTHAI TEAM