By SHIETRA - December 23, 2019
Ketika, sebagai contoh, kita
sedang dilayani oleh petugas Customer
Service sebuah kantor bank, maka tentunya kita butuh waktu untuk membaca
klausul yang tercantum dalam formulir pembukaan rekening tabungan, dsb, sebelum
menanda-tangani sebuah dokumen perjanjian yang memiliki dampak hukum dikemudian
hari (jadilah konsumen yang kritis serta cermat, tidak ceroboh, menjadi
penasehat sekaligus pengacara yang baik bagi diri kita sendiri).
Saat terdapat nasabah lain yang
(secara egois merasa lebih penting dari nasabah lain) tidak sabar menunggu di
kursi antrian, maka kita tidak perlu merasa terganggu oleh intimidasi verbal
maupun nonverbal oleh pihak-pihak yang kurang sopan semacam itu, dan tanpa
perlu menghiraukannya katakanlah seperti ini dalam hati kita:
“Urusan
Anda adalah urusan Anda sendiri, bukan urusan saya. Urusan saya adalah
memastikan dan mengurus urusan saya sendiri dengan benar dan bertanggung-jawab
terhadap diri saya sendiri. Urusan saya adalah mengurusi urusan saya sendiri.”
Sama juga, ketika kita tergoda
untuk cenderung mengambil hirau apa yang orang pikirkan dan komenterai tentang
kita, sekalipun komentar “miring” (bullying)
demikian mengandung tendensi fitnah dan cenderung melecehkan diri kita secara
tidak adil dan tidak benar, maka katakanlah kalimat positif “menguatkan mental”
dengan cara teknik “self-talk” yang
sangat efektif untuk dicoba berikut:
“Isi pikiran Anda adalah
milik pikiran Anda sendiri, bukan pikiran saya, untuk apa juga saya mau dibuat
pusing mengurusi pikiran orang lain. Pikiran Anda adalah pikiran Anda, itu
urusan Anda sendiri. Anda makan sendiri sampah pikiran milik Anda. Pikiran saya
adalah urusan saya sendiri. Urusan saya ialah (cukup) mengurusi pikiran saya
sendiri.”
Tidak akan ada habisnya
memikirkan urusan dan isi pikiran orang lain. Maka, mengapa juga kita tidak
fokus mengurusi pikiran dan urusan kita sendiri? Janganlah menjadi seperti
seorang komentator pertandingan bola, lebih pandai mengomentari permainan
pemain di lapangan, namun dirinya sendiri tidak akan pernah mampu bermain sebaik
isi komentarnya selama ini.
Orang-orang dungu diluar sana
pastilah mudah dihasut agar turut melecehkan kita (warga lain yang sedang dalam
kondisi rapuh, selalu tampak menggoda untuk di-bully oleh para warga lainnya karena memang terlihat sebagai “mangsa
empuk”), namun orang-orang yang beritikad tidak baik pada kita pun akan sangat
jamak jumlahnya.
Maka, untuk apa juga kita
membuang waktu berharga dan kebahagiaan hidup kita hanya untuk memuaskan ego
orang-orang yang tidak patut mendapatkan perhatian kita? Untuk apa kita
memikirkan apa yang menjadi isi pikiran orang-orang dungu dan rendah yang penuh
pelecehan demikian?
Alangkah lebih bijaksana bila
kita mengalokasikan waktu dan sumber daya perhatian yang ada, untuk hal-hal
yang lebih positif serta lebih produktif demi kebaikan hidup kita sendiri.
Orang lain yang ingin melihat kita jatuh dan terluka, banyak diluar sana.
Apakah kita perlu, melukai diri kita sendiri demi memuaskan keinginan buruk
orang-orang tidak patut semacam itu?
Sang Buddha, untuk itu pernah bersabda: “Perbuatan baik itu artinya, tidak menyakiti orang lain juga tidak
menyakiti diri kita sendiri.” Sang Buddha juga pernah memberikan
nasehat serta teladan, jika kita tidak mengambil sampah (fitnah ataupun
pelecehan) yang dilontarkan oleh orang lain terhadap diri kita, maka dirinya
sendiri yang akan memungut kesemua sampah itu. Untuk apa juga kita memungut
“sampah” pikiran dan “sampah” ucapan milik orang lain? Itu adalah “sampah”
milik mereka, bukan “sampah” milik kita.
Bila kita memang memiliki
kecerdasan untuk tidak mudah dipermainkan dan tidak mudah dibodohi oleh orang
lain, maka bersikaplah cerdas, gunakan dengan baik kecerdasan kita sendiri
untuk menghadapi komentar-komentar negatif yang cenderung mengandung muatan
fitnah maupun pelecehan, sebagaimana kalimat bijak berikut:
“Seseorang bukan hanya perlu
merasa bangga akan kelebihannya akan tetapi bahkan harus bangga, namun harus
tetap rendah hati.” (Anonim)
Kecerdasan, bukan untuk pamer
ataupun bersikap arogan, namun harus kita manfaatkan secara optimal untuk dapat
melindungi diri kita dari tangan-tangan jahil dan sikap-sikap usil dari
orang-orang yang belum tentu memiliki itikad baik terhadap diri kita. Jika kita
tidak boleh “negatif thinking” kepada
orang lain, maka mengapa juga kita harus “positif
thinking” kepada orang lain yang belum tentu sesuai realita?
Orang-orang cerdas, bersikap
rasional dengan selalu menyadari bahwa tidak selamanya “positif thinking” terhadap orang lain adalah baik adanya bagi diri kita
yang juga punya tanggung-jawab menjaga dan memastikan keselamatan diri kita
sendiri. Itulah sebabnya, bersikap rasional menjadi cukup penting dikedepankan,
yakni menilai dan melihat segala sesuatu sebagai apa adanya, bagus sebagai
bagus, dan buruk sebagai buruk.
Jangan serahkan nasib kita
sepenuhnya, sebagai contoh, pada seorang pengemudi karena sekalipun menjadi
penumpang kita tetap berhak menegur pihak pengemudi kendaraan agar tidak
melajukan kendaraan secara demikian kencang karena terkait pula keselamatan
kita selaku penumpang maupun bagi penumpang lainnya—terlepas apakah sang
pengemudi menyayangi nyawanya sendiri ataukah tidak, kita perlu tetap
menyayangi keselamatan hidup kita sendiri.
Kita tidak perlu “kepo” dengan
mengurusi urusan dan isi pikiran orang lain—seolah diri kita sendiri sudah
benar, padahal belum tentu diri kita sendiri lebih benar dan sudah benar
daripada orang lain (orang-orang yang tidak mampu memahami prinsip demikian,
tergolong jenis manusia “dangkal yang rendah”). Mengapa banyak orang gemar
mengkomentari dan menghakimi orang lain secara melecehkan (meskipun seringkali
belum tentu benar faktanya dan hanya mendengar secara sepihak dan parsial)?
Inilah jawabannya:
“Masalah terbesar dalam
hidup Anda, adalah ketika Anda merasa tidak punya masalah (sehingga lebih
sibuk mengomentari masalah orang lain).” (Anonim)
Jangan hanya karena banyak
orang yang memperlakukan kita secara tidak adil, memperlakukan kita dengan
jahat secara tidak patut, lantas kita sendiri pun ikut “latah” dengan menyakiti
dan menjahati diri kita sendiri seolah diri kita memang tidak berharga—padahal,
hanya diri kita sendiri yang paling mengetahui siapa diri kita sendiri. Terkadang,
mencintai diri kita sendiri itu penting agar kita dapat tegar menghadapi “manusia
sebagai serigala bagi sesamanya, saling memakan, terutama yang kuat memakan
yang lemah”.
Jangan sampai kita menyia-nyiakan,
merugikan, ataupun membuang hidup dan waktu berharga kita hanya demi atau hanya
karena orang-orang yang tidak layak mendapat hidup ataupun waktu dan perhatian
kita. Kita cukup berfokus pada pengembangan diri kita, dan memanfaatkan segala
waktu serta sumber daya yang kita miliki (seterbatas apapun itu) untuk hal-hal yang
produktif dan positif bagi diri kita.
Karenanya, bersikap “egois-autis”
sepanjang tidak merugikan orang lain dan tidak juga menyakiti diri kita
sendiri, merupakan “egoisme yang positif”. Orang-orang dengan sindrom
“autis”, sangat jarang dipusingkan oleh segala gunjingan orang lain, mereka
sibuk membangun dunia mereka sendiri, namun memiliki kemampuan berfokus pada kegiatan
mereka sehingga menjadi terampil karena memang orang-orang “autis” tidak
bersedia ambil hirau dengan kata-kata ataupun isi pikiran orang lain yang belum
tentu beritikad baik bagi diri kita.
Karenanya, tidak selamanya
orang dengan “autis” adalah buruk-seburuk-buruknya manusia; karakter mereka
yang tidak mau dibuat pusing gunjingan negatif orang lain, adalah kelebihan
yang dapat kita pelajari dari mereka. Karenanya pula, tidak pernah kita jumpai
berita adanya penderita “autis” yang mencoba menyakiti dirinya sendiri ketika
di-bully orang lain. “Emang gue pikirin, cuih cuih... (EGP-CC)”
Tidak ada salahnya menjadi “egois yang positif”, dan tidak ada
salahnya juga dalam derajat tertentu menjadi seorang “autis yang cerdik”
demi berfokus membangun hidup kita sendiri alih-alih sibuk digonjang-ganjing
gunjingan orang lain.
Yang ingin melihat kita jatuh,
banyak. Yang ingin melihat kita terluka, atau bahkan ingin mendorong kita agar
melukai diri kita sendiri, banyak. Yang ingin menyaksikan kita menyerah pasrah,
tidak kalah banyaknya. Yang ingin mengambil keuntungan dengan merugikan diri kita,
juga tidaklah sedikit. Yang ingin membuat kita bertekuk lutut dan putus asa,
jauh lebih banyak lagi. Maka, untuk apa juga kita hidup seolah “untuk mereka”, hiduplah
“untuk diri kita sendiri”.
Apa yang paling menjadi masalah
terbesar kita? Apakah kondisi diluar diri kita? Betul bahwa banyak sekali
ancaman di luar sana, bahkan tepat di depan rumah kita banyak terdapat orang-orang
jahat yang bisa jadi berniat buruk terhadap diri kita. Namun, kemanakah fokus
hidup kita perlu untuk diarahkan, berikut inilah nasehat yang cukup bijak untuk
kita simak bersama:
“Orang yang memiliki banyak
waktu untuk merasa khawatir adalah orang yang tidak punya waktu untuk sukses.” (Anonim)
Dunia tidak pernah berjalan
dengan prinsip yang demikian ideal, layaknya kisah-kisah berbagai dongeng
dimana yang baik dan benar selalu menang pada akhirnya. Kita hanya akan membuang-buang
waktu jika bermaksud untuk menunggu kondisi yang ideal untuk benar-benar “hidup”.
“Hiduplah” saat kini juga,
dengan realita apa adanya, suka maupun tidak suka, tidak lagi menjadi alasan
untuk bersembunyi dalam “tempurung” yang sempit, sementara dunia ini begitu
luasnya seluas cakrawala yang membentang luas dengan kemungkinan yang tidak
terkira banyaknya menunggu untuk kita jelajahi lewat “pertualangan hidup”.
Bahkan, Sang Buddha sekalipun
tidak pernah menyatakan bahwa Hukum Karma adalah adil adanya—karena Hukum Karma
memiliki kelemahan laten berupa terkadang berbuah pada waktu yang tidak tepat
(seperti bebuat dikehidupan kini, namun justru berbuah di kehidupan berikutnya
yang belum tentu individu yang sama dan tidak ingat, bahkan telah menjadi orang
baik-baik)—sehingga Sang Buddha justru mengimbau para murid-muridnya untuk
berjuang memutus belenggu ikatan rantai Karma, yakni mencapai tataran Nibbana
dimana Karma tidak lagi menjadi penguasa atas dirinya.
Jika seluruh material di dunia
ini terbuat dari intan pertama, maka tanah menjadi barang yang paling berharga
dan tinggi nilainnya. Sama halnya, kondisi negeri di Indonesia maupun dunia
global kita yang tidak ideal demikian, penuh kejahatan serta peperangan, bukan
justru menjadi alasan bagi kita untuk menyerah jatuh dan pasrah tanpa bangkit
kembali, sebagaimana pesan berikut sebagai penutup bahasan kita ini:
“Bintang-bintang bersinar
gemerlapan karena ada kegelapan di sekelilingnya.” (Anonim)
Banyak orang-orang jahat di sekitar
kita, banyak orang buruk di dunia kita, atau bahkan adanya “musuh dalam selimut”
yang menusuk kita dari belakang, semua itu bukanlah urusan kita.
Urusan kita ialah untuk bersinar dan mekar sempurna
sebagai orang yang mulia, seumpama bunga teratai yang tidak ambil hirau kondisi
lumpur pada dasar kolam tempat ia bertumbuh. Teratai itu sendiri indah adanya. Kita ingin berfokus
menikmati keindahan teratai itu, ataukah kolam berlumpur itu?
Karena KWANG EARRINGS
adalah teman terbaik mu! 😊
0 comments
Ikuti juga sosial media kami pada business.facebook, dengan akun : "Expat 2 Local Thai" / @guideriana
Rincian layanan JasTip (Jasa Titip) produk Thailand, dapat dilihat pada menu "Jasa Pencarian, Jasa Titip, dan Pengiriman Produk Thailand ke Indonesia".
Rincian layanan Private Tour Guide di Bangkok-Thailand, dapat dilihat pada menu "Private Tour Guide Riana".
NOTE REDAKSI : Seluruh info kontak dalam website ini diperuntukkan khusus untuk tujuan pemesanan dan bagi pengguna jasa layanan yang kami tawarkan dalam website ini. Menghubungi kami diluar peruntukan tersebut, dimaknai sebagai menyalah-gunakan nomor / email kontak kerja profesi kami, tidak akan ditanggapi.
Mohon kesediaan menunggu sejenak bila belum ada tanggapan secara segera, karena faktor kesibukan atau karena lain sebab. Pemesanan akan kami respons sesegera yang kami mampu.
Konsumen / pengguna jasa dapat melakukan pemesanan pada nomor kontak / email yang tercantum dalam menu "HUBUNGI KAMI" atau pada rincian "contact person" di atas, bukan pada kolom komentar pada posting website.
Kami tunggu pesanan teman-teman sekalian dimana pun berada, akan kami kirimkan pesanan Anda dengan hati yang penuh kehangatan untuk Anda atau untuk buah hati dan keluarga yang Anda kasihi.
Salam hangat dari Bangkok, Thailand.
ttd
GUIDE RIANA & REMEMBERTHAI TEAM